RSS

Sebuah Langkah


Sebuah Langkah
Kali ini saya akan berbagi cerita sederhana kepada kalian semua. Cerita ini dimulai ketika saya hendak bermain sepak bola (ya.. sepak bola ini lah runtinitas saya ketika saya liburan. Hehehe..). Seperti biasalah sebelum bermain, saya pemanasan sederhana agar tidak cidera ketika bermain. Di sini sepakbola berbeda dengan sepakbola yang sewajarnya (tidak sesuai peraturan fifa, hehehe...) karena sepakbola yang kami mainkan disana, jumlah pemainnya tidak wajib 11 orang, terkadang kurang dari 8 bahkan sering lebih dari 11 orang. Sepakbola disana dimanfaatkan oleh kami sebagai ajang berkumpul dan mencari keringat, jadi semua orang yang berkumpul dilapangan itu akan bermain semua, tanpa ada pergantian pemain, padahal kami main mungkin lebih dari 90 menit tanpa ada istirahat, tapi kami sangat senang memainkannya.

Setelah pemanasan sejenak, kami pun memulai bermain tanpa ada wasit. Pada waktu itu kondisi lapangan becek, karena malamnya hujan deras dan sampai siang matahari tidak menampakkan sinarnya karena terhalang awan-awan yang menyelimuti langit. Saya dan teman-teman bermain dengan senang, dan pada waktu itu saya berposisi sebagai pemain bertahan. Pada suatu moment kami diserang oleh tim lawan, saya dan teman-teman pun mencoba mempertahankan agar tidak kebobolan pertama, karena ketika kebobolan pertama, tim yg kebobolan tersebut harus melepas pakaian, agar menjadi pembeda dengan tim lawan. Saya pun mencoba menahan bola yang pada saat itu telah ditendang, namun sayang sekali saya terjatuh karena lapangan yg sangat licin, alhasil bola pun tidak dapat ditangkap oleh kiper tim kami dengan baik sehingga kami harus melepas baju kami.

Kami pun melanjutkan permainan, namun saya merasa ada hal yang aneh dengan kaki saya, saya  merasa perih sekali ditelapak kaki saya. Saya pun melihat telapak kaki saya yang ternyata sudah berlumuran darah, saya pun bergegas keluar lapangan untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata sebuah luka yang cukup lebar di kaki saya akibat menginjak batu kecil tadi ketika saya hendak jatuh. Saya pun berusaha mencari air untuk membersihkan luka itu, setelah bersih saya pun duduk dipinggir lapangan sambil kembali menonton teman-teman yang sedang bermain.
 
Saya pun kembali merenung atas kejadian yang membuat telapak kaki saya tersobek yang cukup lebar. Ternyata sebuah batu kecil yang saya anggap remeh sebelumnya dapat membuat langkah bermainku berhenti. Saya jadi teringat ketika salah seorang guruku pernah berkata “bukanlah dinding besar dan teballah yang membuat seseorang terjatuh, tapi sebuah batulah yang lebih sering membuat kita jatuh”. Setelah di pikirkan lebih lanjut, ternyata apa yang dikatakan guruku itu tidak berhenti sebatas batu dan dinding.

Sangat jarang dan mungkin bahkan tidak ada orang yang terjatuh ketika mengahadapi dinding yang besar, karena manusia adalah makhluk yang sempurna yang diberikan kenikmatan lebih oleh Allah SWT berupa akal pikiran, sehingga ketika ada sebuah dinding yang menghalangi kita, secara sadar maupun tidak sadar kita akan mencari jalan lain ataupun cara lain agar dapat melewati dinding besar itu. Namun sering kali kita lupa memperhatikan apa yang ada dibawah kita yang hendak kita injak sebagai alas langkah kita, seperti batu kecil yang bisa saja membuat kita tersandung dan bahkan kita bisa jatuh dibuatnya.

Coba kita sambungkan dengan kehidupan nyata kita,kita pasti pernah menghadapai masalah, baik itu masalah besar maupun masalah kecil. Sebagian dari kita sering lalai dengan hal-hal kecil, dan lebih memilih menyelesaikan masalah besar terlebih dahulu, dan banyak dari kita sukses menjebol “dinding” besar itu, dan melupakan hal-hal kecil. Hingga suatu ketika kita dapat tersandung oleh hal kecil yang kita abaikan itu.

Jadi, marilah kawan, kita menjadi seseorang yang peduli dari hal-hal kecil, dan mulailah suatu kebaikan dengan hal yang kecil, karena setiap mimpi besar diawali dengan sebuah langkah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar